Month: October 2019
31 Desember Empat Tahun Lalu

31 Desember Empat Tahun Lalu
Jalan itu, Desember 4 (empat) tahun lalu, 2014. Saya masih teringat jelas, kalau itu hari paling sulit untuk menegakkan kepala. Bukan karena sakit atau penat, tapi karena itu pilihan dari perbedaan jalan.
Saya mengenang, di saat itulah, kesadaran mencuat, jika kehidupan memiliki irama yang unik dan menarik. Irama tak seperti yang kita mau, dan menarik tak seperti yang kita duga. Hidup berjalan dan berlalu, terhempas dan terlepas, mencari makna dalam makna, memastikan ketidakpastian waktu yang menjauh.
Untuk para penyendiri, para penemu dan para pejalan di tengah perbedaan, saya ingat itulah momentum untuk menjadi yang lebih baik. Mungkin kalau bukan Desember, tak akan ada Januari datang menemani. Siapa sangka, Desember 4 tahun lalu adalah titik balik dari rekonstruksi masa depan yang kini dijejali.
Untuk Pembimbing yang mendahului, tak akan pernah tergantikan apa yang telah engkau berikan. Yang tiada pernah terlupakan dalam sejarah kehidupan, (Alm) Prof Dr Admin Alif, DEA, (Alm) Prof Dr Edison Munaf, M.Eng., dan semoga kekuatan dan keberkahan selalu melimpah kepada beliau yang mengangkatkan kepala ini kembali untuk menatap ke depan. Berlimpah rahmat dan karunia, Prof Dr Hermansyah Aziz, Prof Dr Syukri Arief dan Dr Syukri Darajad, serta the special one Prof Dr Zulkarnain Chaidir. Catatan emas yang tak cukup tertuang untuk menuliskan jalan jalan yang berlalu.
Jalan menuju puncak, berbelok dan butuh kesabaran. Di batas waktu kita bertanya, apakah berhenti bersama atau berjalan menapaki gunung terjal. Inilah waktunya untuk momentum kedua, menapaki doa dan cinta, kendati itu mengukir bayang dalam gelap. Nothing is impossible, just do it dan run! Apa yang terjadi empat tahun lalu, kemuskilan waktu jika berlandaskan logika. Puncaknya sudah terhenti di hari ini.
Puncak baru tampak jelas di depan mata. Puncak itu butuh keberanian untuk menapaki lagi jalan jalan sepi, dingin dan sendiri. Butuh keberanian untuk meloncat dari puncak hari ini ke dasar lembah puncak yang baru. Kosongkan dan rendahkan hati, untuk mengikhlaskan perjalanan berikutnya. Jangan merasa kesombongan karena itu membebani perjalanan yang butuh keikhlasan. Tak perlu menoleh dan mngingat kehebatan di puncak hari ini, ingatlah puncak baru berdirih tinggi menjulang melampau masa lalu.
Berhentilah dan buanglah rasa rasa bangga yang ada dan tersisa dari tahun tahun berlalu. Kembali ingat saatnya memulai baru tanpa bayang bayang dan pikiran semu. Perjalanan mendaki, adalah membunuh kegamangan bahwa kesenangan itu bukan tujuan, melainkan setiap hela nafas ketakutan akan kehidupan mendatang. Tuhan, berkahi dan bimbinglah selalu di jalan jalan sepi ini, tanpa ada lagi rasa angkuh menyelimuti diri.
Payakumbuh, 31 Desember 2018