Kenapa Harus Takut

Menulis kisah ketakutan dan keberanian, memang tak kunjung usai. Masa kecil kerap jadi patokan, bagaimana kehidupan itu bertutur. Setidaknya pengalaman banyak bicara dengan realita, bicara apa adanya, bicara fakta, dan pembuktiaan atas sikap dan pilihan. Bahkan, apa yang kita terima hari ini, adalah konsekuensi dari pilihan masa lalu.

Berguru dari masa lalu, keputusan yang tak lazim memang menjadi hal unik untuk dijalani. Hari hari yang dipilih, terpilih dan memilih tak akan bisa dilupakan. Ada hal hal yang membuat tersenyum, menangis, tertawa dan bahagia yang tak dapat diungkapkan dengan kata kata. Sebutlah jalan jalan apa namanya, rasanya sudah bukan hal menakutkan lagi. Karena semua ketakutan ini menjadi titik balik perjalanan akhir kehidupan. “Hidup Sekali, Mati Sekali, dan Bukan Berkali Kali”, inilah hikmah jalan jalan yang hamper hamper menepi. Mungkin terbaik adalah bersyukur demi rasa itu sendiri atas kesempatan yang masih ada dan bonus kehidupan tak ternilai harganya.

Ketakutan itu berwujud abstrak sekaligus nyata. Adanya takut karena rasa memiliki yang tinggi, dan mencintai berlebih. Padahal kehilangan itu sebenarnya juga abstrak dan ilusi, karena hakekatnya tidak ada yang memiliki dan benar benar memiliki secara maknawi. Bukankah apa yang ada di langit dan di bumi hanyalah hak pakai dan akan lepas serta tertinggal, dittinggal atau meninggalkan kehidupan ini. Karenanya apalagi yang ditakutkan dari Kehidupan ini? Takut dan Berani, bedanya hanyalah bilamana kita mau melangkah dari pikiran tertutup ke pikiran terbuka. Membuka segala kemungkinan untuk kehidupan yang singkat dan fana ini.

Padang, 21 November 2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *