Kalau lagi berfoto bersama, selalulah kita mengukur dan menilai foto bersama itu bagus atau jelek, pada foto sendiri. Jika foto kita bagus, maka baguslah foto bersama itu. Jika foto itu jelek, maka jeleklah penilaian kita jatuhnya. Itu karena kita (termasuk saya), menilai sesuatu berdasarkan diri sendiri, dan seolah olah semuanya bermula dari diri sendiri. Padahal, kenyataannya, setiap diri memang selalu menilai dirinya dulu, melihat dirinya dulu, barulah menilai dan melihat orang lain. Bukankah begitu?
Lama juga saya berpikir, bahwa saya kerap diperhatikan orang, bahkan menjadi idola dan menjadi tatapan banyak orang. Istilahnya, Ke-Ge-Er-an alias GEDE RASA, apa apa merasa dilihat, apa apa merasa diperhatikan, apa apa seakan akan menjadi sorotan orang. Terlalu lama saya terperangkap, kalau kalau semua orang peduli dan menilai, serta menjadikan diri ini acuan bagi keberhasilan orang lain. Sampailah saya pada satu titik, di mana semuanya berubah dan tersadarkan. Bahwa sesungguhnya kita terjebak dengan perasaan GE-ER, merasa diperhatikan, merasa diamati. Padahal siapa sih yang mau peduli? Padahal siapa sih yang mau melihat dan mau tahu lebih banyak soal diri ini? Makanya jangan ke-GE-ER-an.
Jangan lagi pernah GE-ER ! Inilah nasehatnya, berkaca dari pengalaman. Bukankah setiap diri memang sibuk dengan urusan diri sendiri. Setiap orang akan sibuk memikirkan diri sendiri. Siapa saja yang ada dalam pentas kehidupan ini, akan terlebih dahulu memikirkan dirinya, melihat diri sendiri, seperti melihat foto kebersamaan tadi. Tak banyak yang berubah, dan tak akan banyak dampaknya bagi kehidupan, kalau kita terjebak dengan GE-ER ini terus dan bekepanjangan. Daripada tertipu dengan pikiran sendiri, jauh lebih baik kita berkarya dalam kehidupan yang fana ini. Berkarya tanpa peduli lagi dengan pikiran GE-ER yang selama ini menjebak. Berkarya dalam kehidupan ini dengan rasa syukur terdalam, bahwa dengan karya itu kita makin dekat kepada-Nya. Jangan (Pernah) lagi GE-ER!
Prima Regency, 26 November 2019